Cacing

Penyakit Cacing

Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia di seluruh dunia. Pada umumnya cacing jarang menimbulkan penyakit serius, tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang merupakan suatu faktor ekonomis yang sangat penting. Infeksinya pun dapat terjadi simultan oleh beberapa jenis cacing sekaligus. Diperkirakan bahwa lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita suatu infeksi cacing.

Penularan

Infeksi cacing umumnya terjadi melalui :
  1. Mulut
  2. Luka di kulit
  3. Telur atau larvanya yang ada di mana-mana di atas tanah (Telur cacing keluar dari perut manusia bersama feses, jika limbah ini dialirkan ke lingkungan maka akan membuat penyebaran yang lebih luas.Contohnya jika tersebar di sungai, maka telur cacing akan mengkontaminasi “ air sungai, makanan, angin”). Diagnosis : Pemeriksaan mikroskopis dari telur atau larvanya dalam tinja, urin, darah dan jaringan. Penentuan ini adalah penting sekali karena daya kerja obat cacing kebanyakan tergantung dari jenis parasitnya.
Gejala Cacingan
  • Gatal-gatal pada dubur atau kaki, diare, sembelit, nyeri perut dan penyumbatan usus halus dan saluran pankreas.
  • Perut buncit, kelalahan yang sangat, nafsu makan berkurang, kejang-kejang, mual dan muntah.
  • Berat badan berkurang, muka pucat dan kurang darah atau anemia
Gejala atau keluhan dapat disebabkan oleh efek toksis dari produk pertukaran zat cacing, penyumbatan usus halus dan saluran empedu (obstruksi) atau penarikan zat gizi yang penting bagi tubuh. Seringkali gejala tidak begitu nyata dan hanya berupa gangguan lambung usus, seperti mual, muntah, mulas, kejang-kejang dan diare berkala dengan hilangnya nafsu makan (anoreksia).

Pencegahan
Tindakan umum yang perlu dilakukan adalah mentaati aturan higiene dengan tegas dan konsekuen, terutama pada anak-anak. Misalnya pencegahan yang dilakukan :
  1. Cucilah tangan dengan sabun sebelum dan sesudah bangun tidur, setelah buang air besar dan sebelum makan dan memotong kuku tangan serta jangan menggigit kuku.
  2. Kenakan alas kaki.
  3. Tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka
  4. Cucilah sayur dan buah-buahan terlebih dahulu sebelum dimakan dengan air mengalir atau mencelupkannya beberapa detik ke dalam air mendidih dan daging harus dimasak sampai matah betul sebelum dimakan.
  5. Pakaian dan kamar: berikan anak-anak celana dalam yang ketat untuk menghindari kontak antara jari dan dubur, kamar tidur secara teratur dibersihkan.
  6. Pada saat bersamaan, anak-anak yang menderita cacingan harus segera diobati. Namun, meski semua anak sudah minum obat cacing, tak berarti masalah cacingan akan selesai saat itu juga
  7. Jangan memakan sesuatu yang telah jatuh di tanah tanpa mencucinya terlebih dahulu dengan bersih.
Dengan demikian infeksi melalui mulut yang paling sering terjadi, dapat dihindarkan. Dalam pemberantasan infeksi cacing perlu diambil tindakan higiene umum yang mencakup perbaikan perumahan, lingkungan hidup dan sosial ekonomi.

Jenis Cacing
Cacing yang merupakan parasit manusia dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni:
  • Plathelminthes (flatworms). Ciri-ciri : bentuk pipih dan tidak memiliki rongga tubuh.
  1. Cacing pita (Cestoda) : Taenia, Echinococcus, Hymenolepsis, dll. Echinococcus memiliki tuan rumah tetap (anjing)
  2. Cacing pipih (Trematoda) : Schistosoma, Fasciola, dll. Schistosoma ditulari oleh bentuk aktifnya (cercariae). Fasciola (cacing hati) khusus terdapat pada domba dan menimbulkan antara lain pembesaran hati, jarang sekali menulari manusia.
  • Nematoda (Roundworm) : Oxyuris (cacing kermi), Ascaris (cacing gelang), Ancylostoma (cacing tambang), Strongyloides & Trichuris (cacing cambuk). Infeksi dapat terjadi melalui telur, larva atau cacingnya sendiri, melalui mulut atau melalui kulit.
Adapun Jenis-jenis cacing yang menyerang manusia adalah :
  1. Cacing Kremi, Penyebaran cacing kremi lebih banyak terjadi pada daerah hawa dingin. Cacing kremi betina berukuran 8-13 mm x 0.44 mm dengan ekor panjang dan runcing sedang cacing kremi jantan berukuran 2-5 mm dengan ekor melingkar. Daur hidup cacing berrkisar antara 2 minggu sampai 2 bulan. Penularan cacing kremi dipengaruhi oleh debu dan penularan dari mulut ke tangan. Penyakit akibat cacing kremi dikenal dengan Enterobiasis. Akibatnya timbul peradangan di sekitar dubur dan pada anak perempuan terjadi peradangan divagina. Pengenalan yaitu melalui pemeriksaan kulit sekitar dubur.
  2. Cacing Gelang, Cacing gelang mirip dengan cacing tanahpanjang 10-30 cm, hidup dironggo usus halus. Cacing ini hinggap di anjing, telur dikeluarkan dengan tinja dapat tertular anak-anak bila main di tanahdan dapat termakan oleh manusia melalui makanan yang terkontamonasi. Telur ini akan menetas di usus, kemudian berkembang menjadi larva menembus dinding usus lalu masuk ke dalam paru-paru. Setelah dewasa cacing gelang akan mendiami usus manusia dan menyerang makanan disana sehingga menyebabkan seseorang menderita kurang gizi karena makanan yang masuk diserap oleh cacing gelang. Selain itu mengakibatkan penyumbatan usus dan peradangan umbai usus buntu atau pankreas. Pengenalannya yaitu melalui pemeriksaan tinja, dimana cacing dan telur telurnya kentara dengan nyata.
  3. Cacing Cambuk, Bentuk seperti cambuk, panjang 3-5 cm. Infeksi terjadi melalui telur dalam air dan makanan. Penyebaran terjadi apabila cacing cambuk tertelan telurnya. Pada anak-anak cacing cambuk dapat ditemukan di seluruh per4mukaan usus besar dan rektum.Gejala yang dapat terjadi pada penyakit ini adalah anemia. Akibatnya pada anak-anak mengakibatkan radang umbai usus buntu akut atau radang selaput. Dalam tinja tidak terdapat cacing, hanya telurnya yang dapat dikenali dengan mikroskop.
  4. Cacing Tambang, Panjang cacing ini antara 6-12 mm. Memiliki 4 gigi yang mirip, 90% infeksi ini diakibatkan oleh N. Americanus. Telur cacing tambang keluar bersamaan dengan feces, dalam waktu 1 1,5 hari telur akan menetas menjadi larva yang disebut larva rhabditiform. Tiga hari kemudian larva berubah menjadi larva filariform dimana lareva ini dapat menembus kulit kaki dan masuk ke dalam tubuh manusia. Di tubuh manusia, cacing tambang bergerak mengikuti aliran darah, jantung, paru-paru, tenggorokan, kemudiaan tertelan dan masuk ke dalam usus. Didalam usus, larva menjadi cacing dewasa yang siap menghisap darah sehingga berbahaya karena dapat menyebabkan anemia pada manusia. Gejalanya adalah gatal-gatal di kaki dan batuk dengan peningkatan suhu.
  5. Cacing Benang, Infeksi Cacing Cacing ini hidup di tanah, infeksi terjadi melalui larva yang menembus kaki. Gejalanya adalah gatal-gatal hebat di daerah dubur dan radang kulit. Pengenalan yaitu infeksi cacing benang dapat dikenali dan larva-larva tinja yang tidak mengandung telurnya. Pengenalannya dapat dikenali dari larvanyha dalam tinja, yang tidak mengandung telurnya.
  6. Cacing Pita, Cacing ini panjangnya 60 cm pada T. Solium dan 2 m pada T. Saginata terdapat pada hati sapi. Akibatnya berbahaya menembus dinding usus, peredaran darah dan ke organ-organ lain misalnya otak, hati dan paru. Penularannya terjadi karena makan daging yang belum dimasak cukup lama dan masih mengandung telur cacing. Setelah menetas, larva tumbuh menjadi cacing di dalam rongga usus. Pengenalannya dapat dikenali dari telur dan ruasnya (panjang 3 cm, lebar 1 cm) yang terdapat dalam tinja.
Perkembangbiakan Cacing
Komunitas cacing di perut gampang meluas. Sebagai gambaran, seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Jika di dalam perut terdapat lima ekor saja, mereka sanggup memproduksi satu juta telur dalam sehari. Ukuran telurnya hanya dalam satuan mikron (1 mikron sama dengan seperseribu milimeter). Saking kecilnya, telur-telur itu hanya bisa dilihat dengan mikroskop.
Jenis Penyakit Cacing
  • Ascariasis : Mebendazol, Pirantel, Albendazol, Piperazin. Ascaris lumbricoides (cacing gelang) panjangnya 10-15 cm dan biasanya bermukim dalam usus halus. Penularan terjadi melalui makanan yang terinfeksi oleh telur dan larvanya yang berkembang dalam usus halus. Larva ini menembus dinding usus halus, melalui hati kemudian ke paru-paru. Setelah mencapai tenggorokan, lalu larva ditelan dan berkembangbiak menjadi cacing dewasa di usus halus. Terapinya : Mebendazol, Albendazol dan Pirantel merupakan obat pilihan pertama. Kur seringkali harus diulang dengan kur kedua, karena tidak semua cacing atau telurnya dapat dimusnahkan.
  • Oxyuriasis : Mebendazol, Pirantel, Albendazol, Piperazin. Enterobius vermicularis (dahulu disebut oxyuris) atau cacing kermi yang biasanya terdapat dalam coecum, menimbulkan gatal-gatal di sekitar dubur dan kejang-kejang hebat pada anak-anak. Adakalanya infeksi ini mengakibatkan radang umbai usus buntu akut (appendicitis). Penularan pada anak kecil sering kali terjadi dengan jalan auto-reinfeksi, yakni melalui telur yang melekat pada jari-jari sewaktu menggaruk daerah dubur, yang dirasakan sangat gatal dan dengan demikian memungkinkan terjadi infeksi sekunder. Penyebabnya adalah cacing betina yang panjangnya 8-13 mm, yang di antara jam 8-9 malam keluar dari dubur untuk bertelur di kulit sekitar dubur. Infeksi cacing kermi adalah infeksi cacing yang satu-satunya penularannya berlangsung dari orang ke orang, sehingga semua anggota keluarga harus serentak diobati pula, walaupun mereka tidak menunjukkan gejala apapun. Penyebabnya ialah cacing betina baru meletakkan telurnya antara 3-6 minggu setelah infeksi.Terapi : Mebendazol, Albendazol, dan Pirantel tidak mematikan telurnya sehingga setelah 2 minggu cacing yang menetas harus dimatikan oleh kur kedua. Piperazin adalah obat pilihan kedua.
  • Taeniasis : Praziquantel, Niklosamida. Cacing pita yang paling umum terdapat adalah Taenia solium, T. Saginata yang banyak terdapat pada babi/ sapi, juga ikan. Penularannya terjadi karena memakan daging yang dimasak belum cukup lama dan masih mengandung larva. Taenia sulit sekali dibasmi, karena kepalannya (scolenya) yang relatif kecil dibenamkan ke dalam selaput lendir usus hingga tidak terkenan obat. Bagian-bagian cacing (segmen) yang berkontak dengan obat dan telah dimatikan, dilepaskan dari scolex yang kemudian membuat segmen-segmen baru (regenerasi). Segmen dan telurnya dapat dikenali dalam tinja, tetapi scolexnya biasanya sudah dicernakan oleh getah usus.Terapi : Obat pilihan pertama yaitu Niklosamida dan Praziquantel.
  • Ancylostomiasis : Mebendazol, Albendazol. Ada 2 jenis cacing Tambang yakni Necator americanis yang terutama terdapat di Amerika dan Ancylostoma duodenale yang terdapat di daerah tropis/subtropis dan panjangnya kira-kira 10 mm. Penularannya terjadi oleh larva yang memasuki kulit yang terluka pada kaki dan menimbulkan reaksi lokal. Setelah memasuki vena, larva menuju paru-paru dan bronchi akhirnya ke saluran cerna. Cacing tambang juga mengaitkan diri pada mukosa usus dan menghisap darah tuan rumah hingga terjadi anemia yang cukup serius. Pengobatannya diarahkan pada 2 tujuan, yakni memperbaiki gambaran darah (makanan yang bergizi dan senyawa besi) dan memberantas cacing. Mebendazol dan Pirantel merupakan obat cacing pilihan pertama yang sekaligus juga dapat membasmi cacing gelang bila terjadi infeksi campuran.
  • Strongyloidiasis : tiabendazol, Ivermectin, Albendazol. Strongyloides stercooralis (cacing benang) terdapat di daerah tropis dan subtropis. Penularannya lewat larva yang berbentuk benang yang menembus kulit. Larva ini dapat dikenali dalam tinja, yang tidak mengandung telurnya. Berhubung terjadi auto-reinfeksi, maka cacing dapat bertahan puluhan tahun lamanya di mukosa bagian atas usus halus. Di tempat ini, cacing menimbulkan reaksi radang dan kerusakan. Gejalanya yang khas adalah gatal-gatal hebat (urticaria) di bagian pantat, yang bersifat sementara, juga gangguan perut dan iritasi saluran napas (batuk) akibat migrasi cacing. Pengobatan : Tiabendazol dan Ivermectin merupakan obat pilihan pertama terhadap cacing benang. Albendazol juga efektif.
  • Trichiuriasis : Mebendazol, Pirantel, Albendazol.Trichiuris trichiura (cacing cambuk) umumnya terdapat di negara beriklim panas dan lembab. Terdapat dalam coecum (usus buntu) dan berdiam di mukosa ileum dan colon, dengan menimbulkan kerusakan dan peradangan. Telurnya dikeluarkan dalam tinja dan digunakan untuk diagnosis. Telur dapat berkembang di tanah. Penularannya terjadi melalui makanan dan air yang terinfeksi. Gejalanya pada anak kecil dapat mengakibatkan appendicitis akut. Akibat kehilangan darah dapat juga terjadi anemia. Pengobatan dilakukan secara efektif dengan Mebendazol, Pirantel, dan Albendazol.
  • Filariasis : Dietilkarbamazin (DEC) dan Hetrazan. Wucheria bancrofti (cacing filaria) merupakan nematoda dari famili Filaria, yang menimbulkan penyakit tropis elephantiasis (kaki gajah). Radang pembuluh limfa disusul dengan penyumbatan oleh cacing dewasa (panjangnya 8-10 cm). Akibatnya ialah hipertrofi dari jaringan sel terutama di bagian kaki yang dapat membesar sampai diameter 30 cm. Penularannya ke manusia terjadi melalui nyamuk Culex fatigans, yang menyengat pada waktu malam. Pengobatan : Dietilkarbamazin terutama bila diberikan pada waktu dini, kadangkala diperlukan pembedahan untuk memperbaiki drainage getah bening dan membuang jaringan yang berlebihan.
  • Schistosomiasis : Praziquantel. Schistosoma haematobium (cacing pipih) yang tidak bersegmen dan cacing ini adalah penyebab penyakit schistosomiasis yang ditularkan melalui sejenis keong pembawa larvanya. Setelah berkembang, parasit ini menembus kulit manusia dan memasuki peredaran darah. Penularannya terjadi oleh cercariae, bentuk khas yang dilepaskan ke dalam air oleh tuan rumah antaranya (keong) yang kemudian menembus kulit atau selaput lendir manusia. Siklus seksualnya terjadi di dalam manusia dengan pembentukkan banyak telur yang dikeluarkan melalui tinja atau urin. Di dalam air, larva keluar dari telur dan menulari keong, dimana diproduksi puluhan ribu cercariae. Terapi : Obat pilihan pertama adalah Praziquantel terhadap semua jenis schistosomiasis yang menyerang manusia.
Obat Cacing
Anthelmintika atau obat cacing (Yunani = anti = lawan, helmins = cacing) adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan.
Banyak antelmintika memiliki khasiat terhadap 1 atau 2 jenis cacing. Hanya beberapa obat yang memiliki khasiat terhadap lebih banyak jenis cacing (broad spectrum), misal : mebendazol.

Macam-Macam Obat Cacing
  1. Mebendazol : tiabendazol, albendazol.
  • sangat efektif terhadap cacing kremi, gelang, pita, cambuk dan tambang.
  • Banyak digunakan sebagai monoterapi untuk penanganan masal terhadap penyakit cacingan, juga pada infeksi campuran 2 atau lebih cacing. Bekerja sebagai vermicid, larvacid dan ovicid.
  • Mekanisme kerja : perintangan pemasukan glukosa dan mempercepat penggunaannya (glikogen) pada cacing.
  • Dosis : Anak dan dewasa sama, pada Oxyuriasis dosis tunggal 100 mg pada waktu makan pagi. Pada infeksi cacing gelang, tambang, benang, pita dan cambuk 2 dd 100 mg selama 3 hari, bila perlu diulang setelah 3 minggu.
2. PIPERAZIN : Upixon
  • Sangat efektif terhadap Oxyuris dan Ascaris.
  • Cacing dilumpuhkan untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh gerak peristaltik usus, berkhasiat juga sebagai laksan lemah.
  • Banyak digunakan karena efektif dan murah, tetapi di banyak negara barat sejak 1984 tidak digunakan lagi karena efek sampingnya terutama neurotoksisitas.
  • Dosis : Ascaris: 75 mg/kgBB atau dosis tunggal dari 3 g selama 2 hari. Oxyuris 65 mg/kgBB atau dosis tunggal dari 2,5 g selama 7 hari.
4. LEVAMISOL
  • Efektif terhadap Ascaris, cacing tambang.
  • Efek samping jarang terjadi, yaitu reaksi alergi (rash), granulocytopenia dan kelainan darah lainnya
5. NIKLOSAMIDA : Yomesan
  • Sangat efektif terhadap cacing pita manusia/hewan
  • Mekanisme : peningkatan kepekaan cacing terhadap enzim protease sehingga cacing lebih mudah dicerna.
  • Efek samping hampir tidak ada, tetapi obat ini bersifat sangat toksis, penggunaannya harus hati-hati pada gangguan yang meningkatkan resorpsi (colitis dan luka di usus).

Tidak ada komentar: