Titrasi Asam Basa

A. pengertian

Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan reaksi asam basa. Sebagai titran digunakan larutan baku asam maka penetapan kadarnya menggunakan metode asidimetri sedang bila larutan standar yang digunakan bersifat basa maka penetapan kadarnya menggunakan metode alkalimetri.

Dalam hal asidimetri dan alkalimetri, asam didefinisikan sebagai suatu ion atau molekul yang dapat memberikan proton dan disebut sebagai donor, dan basa didefinisikan sebagai suatu ion atau molekul yang dapat menerima proton dan disebut sebagai proton aseptor, seperti misalnya air, asam sulfida, asam hidroklorida dan asam sulfat disebut sebagai molekul asam; amonia dan air disebut molekul basa.

Dalam teori ionisasi, suatu larutan netral mengandung jumlah ion hidrogen dan ion hidroksida dengan konsentrasi yang hampir sama besar, seperti misalnya air. Zat-zat yang dalam larutan air dapat memberikan ion hidrogen bersifat asam dan zat-zat yang dalam larutan air memberikan ion hidoksida bersifat basa, karena itu menurut teori ionisasi, reaksi netralisasi terjadi bila ion hidrogen dari asam brsatu dengan ion hidroksida dari basa membentuk molekul air.

Reaksi netralisasi ini mempunyai nilai yang berati untuk analisa kuantitatif yang harus berjalan sesempurna mungkin, reaksi ini dapat disempurnakan dengan cara :

1. Dengan pembentukan suatu zat .

2. Dengan derajat disosiasi yang kecil.

3. Dengan membebaskan gas dari suatu reaksi.

4. Dengan pembentukan endapan dari suatu reaksi.

5. Dengan membebaskan suatu ion kompleks.

6. Dengan mengubah muatan dari ion.

7. Dengan menambah suatu reaksi yang berlebihan.

Indikator adalah suatu senyawa organik yang kompleks dan digunakan untuk menetukan titik akhir suatu reaki netralisasi ; menentukan konsentrasi ion hidrogen atau pH ; atau untuk menunjukkan perubahan pH larutan. Zat-zat organik ini dapat berupa suatu asam atau suatu basa, yang mempunyai warna yang berbeda pada pH yang tertentu.

Perubahan warna suatu indikator dalam hal titrasi tergantung pada konsentrasi ion hidrogen yang ada dalam larutan dan tidak menunjukkan kesempurnaan reaksi atau ketetapan netralisasi. Tabel dibawah ini menunjukkan daerah pH dimana terjadi perubahan warna indikator-indikator yang umum digunakan.

Nama

Indikator

Daerah pH

Warna

Asam

Basa

Kuning metil

Biru bromfenol

Jingga metil

Hijau bromkresol

Merah metil

Ungu bromkresol

Biru bromtimol

Merah fenol

Merah kresol

Biru timol

Fenoftalein

Timolftalein

2,9 – 4,0

3,0 – 4,6

3,2 – 4,4

4,0 – 5,4

4,2 – 6,2

5,2 – 6,8

6,0 – 7,6

6,8 – 8,2

7,2 – 8,8

8,0 – 9,2

8,0 – 10,0

8,6 – 10,0

Merah

Kuning

Merah muda

Kuning

Merah

Kuning

Kuning

Kuning

Kuning

Kuning

Tak berwarna

Tak berwarna

Kuning

Biru

Kuning

Biru

Kuning

Ungu

Biru

Merah

Merah

Biru

Merah

Biru

Tabel ini menunjukkan bahwa jingga metil memperlihatkan warna merah muda pada larutan asam dengan pH 3,2 dan warna warna kuning pada larutan basa dengan pH 4,4 dimana antara kedua nilai pH ini warna mulai berubah dari yang satu ke yang lainnya.

Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan pH. Misalnya bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan selam titrasi terus-menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH pada awal titrasi (yakni sebelum ditambah basa) dan pada waktu-waktu tertentu setelah ditirasi dimulai, maka kalau pH larutan dialurkan lawan volume titran, kita peroleh grafik yang disebut kurva titrasi.

Cara Pemilihan Dan Penggunaan Indikator

1. indikator digunakan ± 3 tetes indikator dengan kadar 0,05 – 0,1 % dalam air atau alkohol 70 – 90 b/v

2. AK + BK atau BK + AK, digunakan indikator jingga metil, merah metil dan fenolftalein

3. AL + BK, digunakan indikator fenolftalein

4. BL + AK, digunakan indikator merah metil

5. BL + AL, tidak digunakan pada titrasi indikator perubahan warna yang tajam

Sample Yang Dapat Dititrasi Dengan Metode Netralisasi

i. Asidimetri Secara Langsung

1. NaHCO3 (jingga metil)

2. Na. Salisilat (biru brom fenol)

3. Aminofilin (jingga metil)

4. Ba(OH) (PP)

5. Koffein (jingga metil)

6. Na. Benzoat (mo)

7. Na. Borat (mm)

8. TEA (mm)

9. Ca(OH) (PP)

10. NaOH (PP)

ii. Asidimetri secara tidak langsung

1. ZnO (mo)

2. K.Na. tatrat (mb + mm)

3. K. Asetat (mb + mm)

4. K. Sitrat (mb + mm)

5. Na. Asetat (mb + mm)

6. Na. propionat (mb + mm)

7. Sr. Asetat (mm)

8. Kalamin (mo)

9. Lidokain (mm)

10. Mg. stearat (mo)

iii. Alkalimetri secara langsung

1. Asam borat (pp)

2. asam tatrat (pp)

3. Asam benzoat (pp)

4. asam salisilat (pp)

5. Saccharin (pp)

6. Tolbutamid (pp)

7. Fenil butazon (pp)

8. Propitiourasil (Btb)

9. Histamin fosfat (timolftalin)

10. Fenobarbital (potensiometri)

iv. Alkalimetri secara tidak langsung

1. Aspirin (pp)

2. Kloralhidrat (pp)

3. As. Laktat (pp)

4. Metil salisilat (pp)

5. Etil asetat (pp)

6. Asetin kolin klorida (pp)

7. Benzoil klorida (pp)

8. Formaldehida (Btb)

9. Metil paraben (Btb)

10. Profil paraben (Btb)

Tidak ada komentar: