Bentuk-Bentuk Sediaan Obat

Absorbsi Oral

Jalur pemakaian obat yang paling lazim digunakan adalah jalur oral. Dengan demikian bentuk-bentuk sediaan oral seperti tablet, kapsul, serbuk, sirup dan larutan merupakan bentuk yang paling umum dipakai. Diantara bentuk-bentuk sediaan oral tersebut tablet adalah yang paling populer. Hal ini disebabkan oleh pertimbangan faktor-faktor ilmiah dan ekonomik berdasarkan efisiensi, kemudahan pabrikasi, distribusi dan kenyamanan pemakaiannya oleh pasien. Tambahan pula zat aktifnya berada dalam bentuk paduan dalam suatu padatan yang terlindung dari transformasi kimia selama dalam penyimpanan. Tablet sebenarnya bukan merupakan bentuk sediaan yang ideal dan untuk pembuatan dan pengembangannyadiperlukan perhatian agar selalu ada kepastian bahwa bahan obatnya tidak terinteraksi dengan konstituen lainnya, dan bahwa tablet ini akan terdisintegrasi dengan laju yang tepat sesuai dengan pemakaiannya setelah memasuki sistem gastro-intestinal. Formulasi yang kurang baik dapat mengakibatkan turunnya ketersediaan zat aktifnya.

Tablet pada dasarnya adalah satu bentuk sediaan berupa massa zat aktif yang dimampatkan. Namun dalam prakteknya memang terkesan kompleks karena mengandung berbagai macam bahan pembantu, yakni bahan pengisi yang inaktif, pengikat, pelicin, disintegran dan mungkin bahan pewarna serta penyedap rasa, yang dicampurkan untuk memperoleh sifat-sifat yang diinginkan. Sebagai patokan dalam perancangan dan pembuatan tablet adalah tersusunnya kombinasi yang tepat antara bahan-bahan pembantu sedemikian rupa sehingga tidak terjadi interaksi dengan zat aktif, mempunyai tingkat kekerasan yang cukup untuk dapat bertahan terhadap berbagai gesekan dan benturan selama pemabrikan, distribusi dan pengangkutan, sekaligus dapat terdisintegrasi secara efisien saat dipakai oleh pasien.

Bilamana perlu, tablet dapat disalut, misalnya dengan selaput bahan yang peka sinar utuk mencegah peruraian, untuk menutupi rasa pahit atau rasa kurang enak lainnya atau untuk menunda peruraian tablet sepanjang lintasannya dari lambung sampai ke usus. Penundaan ini secara luas dipakai untuk obat-obat yang cenderung menyebabkan iritasi lambung. Sediaannya dikenal sebagai tablet salut enterik, berupa tablet yang dilapis dengan selaput selulosa asetat ftalat yang hanya dapat larut pada pH yang lebih dari 5,8 sehingga dapat mencegah terjadinya peruraian sampai dengan tablet ini lepas dari getah lambung yang bersifat asam.

Jika tablet memasuki lambung akan segera hancur jika tidak disalut enterik dan proses dekomposisi ini ditunjang oleh adanya disintegran yang bersifat membantu penetrasi air atau yang memproduksi gas karbondioksida dari hasil reaksi antara asam lemah dengan bikarbonat. Dengan bentuk partikel halus yang dihasilkan oleh hancuran tablet, komponen aktif dapat lebih mudah larut sebelum terangkut ke dalam aliran darah.

Masalah yang belum dapat diatasi adalah bahwa proses kehancuran dan pelarutan ditentukan oleh sejumlah pengaruh yang sulit diduga, sehingga hal ini mengurangi manfaat formulasi tablet. Memang ada kemungkinan untuk melakukan pengujian dalam laboratorium secara invitro terhadap proses pecahnya tablet dalam berbagai kondisi yang telah ditentukan, tetapi ini baru ada gunanya jika perbedaan laju disintegrasi benar-benar dapat dikaitkan dengan variasi efek klinis yang timbul dari tablet-tablet yang berbeda.

Sediaan lain yang juga secara luas dipakai adalah kapsul, yang berupa obat aktif yang sering diencerkan atau dicampur dengan bahan pengisi lengai, dimasukkan ke dalam cangkang gelatin yang keras dan lunak, yang mudah larut dalam cairan lambung. Kapsul seperti ini relatif mudah dipabrikasi dan jumlah obat aktifnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan berbagai dosis dalam ukuran kapsul yang sama.

Absorbsi Rektal

Supositoria, yang dipakai secara rektal mengandung zt aktif yang tersebarkan (terdispersi) di dalam lemak yang berupa padatan pada suhu



Gambar 2.4. Bagan proses pelarutan dan penyerapan yang terjadi

dalam saluran gastro-intestinal

kamar tetapi meleleh pada suhu sekitar 35ÂșC, sedikit di bawah suhu badan. Jadi setelah disisipkan ke dalam rektum sediaan padat ini akan meleleh dan melepaskan zat aktifnya yang selanjutnya terserap dalam aliran darah.

Absorbsi Parenteral

Sebenarnya injeksi parenteral hanya memerlukan formulasi yang sederhana, yakni berupa larutan komponen aktif dalam air atau minyak lengai. Namun, dalam keadaan larutan ini kemungkinannya lebih besar bahwa zat aktif tersebut tidak stabil pada penyimpanan yang lama, sehingga formulasi seperti itu penyiapan sediaannya dilakukan sesaat segera sebelum injeksi diperlukan. Lebih lagi konsentrasi ionik larutan injeksi harus dikontrol untuk mencegah berubahnya keseimbangan ionik aliran darah yang sangat berbahaya.

Keharusan lain yang terpenting dengan sediaan parenteral ini adalah kepastian tentang sterilisasi dan bersih dari zat-zat pirogen. Zat ini adalah senyawa-senyawa lipopolisakarida yang larut air berasal dari dinding bakteria yang dapat menaikkan suhu badan penderita. Pembersihannya dilakukan dengan penyulingan berulang air yang dipakai untuk semua sediaan parenteral.

Sediaan Lepas Lambat (Slow-Release)

Untuk beberapa kasus seperti penyakit kronis diperlukan pengobatan dalam waktu yang lama. Schizophrenia misalnya, biasanya dikontrol secara terus menerus dengan obat-obat antipsikotik atau neuroleptik dengan kadar darah yang efektif terapeutik. Karena para penderita penyakit ini, sesuai dengan sifat penyakitnya, kehilangan kemampuan untuk secara ajeg memakai obatnya, maka penting sekali adanya obat-obat yang dapat mempertahankan efeknya dalam periode waktu yang panjang.

a. Sediaan lepas-angsur (sustained-release) oral. Gambaran ideal sediaan obat lepas-angsur dalam hubungannya dengan efek aras kadarnya dalam darah adalah seperti yang terlihat pada Gambar 2.5. Dengan dosis tunggal hanya dapat dipertahankan aras kadar darah yang efektif dalam waktu terbatas untuk kemudian turun sampai di bawah aras efektif. Dengan dosis ganda memang dapat diperpanjang periode waktu efektifnya, tetapi menghasilkan puncak aras yang supramaksimal sehingga terjadi efek samping toksik. Dengan dua kali pemakaian dosis tunggal memang jga dapat diperpanjang efek yang diperlukan tetapi tetap ada periode waktu yang tidak efektif.

Suatu sediaan lepas-angsur yang ideal memang mungkin mengandung dua kali lipat jumlah zat aktif, tetapi pelepasannya tidak seketika dalam jumlah banyak, melainkan secara pelan berangsur sehingga aras darah efektif dapat dipertahankan dalam waktu yang lama.

Sifat umum bentuk sediaan oral dengan aktivitas yang diperpanjang adalah mengandung zat aktif yang sebagian dosisnya dapat dilepaskan segera sehingga menghasilkan efek mula (inisial) sedangkan sisanya berbentuk begitu rupa sehingga terlindung dari aktivitas getah lambung, misalnya dalam bentuk salut enterik, dan hanya dilepaskan secara jauh lebih lambat (porsi tunda).

Di dalam butir salut sawar (barrier coated beads) porsi tundanya dilindungi oleh selaput plastik yang tidak larut tetapi berpori; pelarutan melalui selaput ini tergantung padaketebalan salut dan porositasnya. Efek lepas angsur dapat diperoleh dengan mengemas sederetan granul dengan salut dari selaput yang sifatnya berbeda-beda dalam satu tablet tunggal atau kapsul.

Kemungkinan lain, obat aktif dapat ditanamkan dalam matriks malam atau lemak yang pelan-pelan terhidrolisismoleh asam lambung dan enzim-enzim usus, lelau melepaskan bahan aktifnya secara berangsur. Matriks ini dapat dibuat dariplastik yang sama sekali tidak larut dan kandungan aktifnya melarut keluar karena penetrasi getah lambung secara pelan-pelan melalui pori-pori matriks. Pada formulasi tipe ini, plastiknya benar-benar tidak terpengaruh oleh getah tinja. Matriks tipe ini seringkali ditanamkan dalam tablet biasa, terkombinasi menghasilkan lepasan awal (inisial) yang aktif dengan aktivitas yang diperlama. Cuma, kerugiannya adalah bahwa sediaan-sediaan ini tidak dapat digunakan untuk obat-obat yang sulit larut.

Suatu tablet salut enterik dapat juga disisipkan dalam tablet biasa untuk menghasilkan baik pelepasan obat dalam lambung maupun dalam usus. Obat-obatnya dapat pula dicampur dengan gom hidrofilik yang menghasilkan gel dengan air dan menghambat penetrasi air ke dalam zt aktif; atau mungkin pula dibuat terikat dengan resin tukar-ion dan lambat-lambat menukar ion-ion dalam usus; dapat pula dibenamkan dalam butir resin polimer yang pelan-pelan akan larut dalam usus untuk melepaskan obatnya.

Kadang-kadang digunakan teknik yang lain lagi, yaitu dengan mensuspensikan obat ke dalam kapsul gelatin lunak. Dalam usus kapsul gelatin ini akan melarut dan berikut isinya ke dalam suatu spon, yang dari sini zat aktifnya selanjutnya terlepas secara difusi. Difusi memegang peran terpenting dalam fase awal ini apabila dinding yang mirip spon ini sangat tipis sehingga prosesnya kemudian melambat menghasilkan efek lepas angsur.

Cara yang terakhir, obat-obat dibuat kompleks dengan asam dan dilepaskan lambat-lambat sebagai hasil peruraian senyawa kompleks ke dalam saluran gastro-intestinal.

Proses-proses ini mempunyai karakteristik seperti yang diringkas dalam materi sebelumnya. Kelemahan sediaan ini adalah bahwa perpanjangan waktu aksi, bila formulasinya untuk saluran gastro-intestinal dalam kondisi normal, hanya dapat bertahan kurang dari 8 jam. Untuk mencapai periode pelepasan yang lebih lama harus dibuat melalui cara lain dalam bentuk lepas angsur parenteral.

b. Sediaan lepas-angsur parenteral. Dengan formulasi ini dimungkinkan untuk mem,pertahankan aras obat efektif selama beberapa hari bahkan beberapa minggu.

Formulasi ini diinjeksikan ke dalam dasar oto atau jaringan subkutan tubuh dan dari sini obat akan terlepas secara sangat pelan dengan cara kimia atau fisika.

Dalam proses kimia, zat aktif dapat (1) dibuat kompleks dengan bahan yang sesuai untuk selanjutnya diurai kembali sebelum zat aktifnya terserap, seperti halnya insulin yang dikompleks dengan zink, atau (2) diesterkan dengan asam lemak untuk berikutnya dihidrolisis kembali agar zat aktifnya terlepas.

Dalam proses fifika, obat (baik bebas maupun terlindung secara kimia seperti di atas) disuspensikan dlam minyak yang kemudian diinjeksikan secara intramuskular. Dalam hal ini laju pelepasan akan diturunkan karena cairan tubuh sulit mempenetrasi likalisasi depo minyak yang terbentuk dari suntikan intramuskular tadi.

Tabel 2.2. Klasifikasi bentuk sediaan aksi diperlama peroral

Kelompok

Mekanisme pelepasan

obat

Bentuk sediaan dan karakteristiknya

Salut sawar

Difusi

(1) granul tersalut dan tak tersalut dalam kapsul atau

(2) terkompresi ke dalam tablet

(3) penyalutan seluruh tablet

(4) mikroenkapsulasi

Benaman lemak

Erosi

Hidrolisis lemak

Pelarutan

Granul normal dan terbenam

(1) diisikan ke dalam kapsul

(2) terkompresi ke dalam tablet

(3) tablet lapis ganda atau

(4) tablet salut kompresi

Matriks plastik

Meluluh (leaching)

Difusi

Obat dan partikel plastik terkompresi

(1) tablet

(2) tablet lapis ganda atau

(3) tablet salut kompresi

Aksi berulang

Pelarutan salut enterik

Tablet inti tersalut enterik dan tertutup oleh

(1) salut gula atau

(2) salutan kompresi

Resin tukar ion

Pelarutan oleh

pembentukan garam

obat

Granul

(1) terisi ke dalam kapsul

(2) terkompresi ke dalam tablet

Matriks hidrofilik

Membentuk gelat

Difusi

Granul dengan gom hidrofilik terkompresi ke dalam tablet

Butiran resin

polimer

Pelarutan resin,

pembengkakan resin,

difusi obat

Obat terlarut atau tersuspensi dalam plastik monomer, lalu terpolimerisasi. Butiran diisikan ke dalam kapsul atau kompresi ke dalam tablet

Kapsul depo

gelatin lunak

Difusi

Obat terlarut atau tersuspensi larutan berbentuk spon dan diisikan ke dalam kapsul

Kompleks obat

Hidrolisis kompleks

Kompleks makromolekul obat dicampur dengan zat medium lain dan dikompresi ke dalam tablet

Dalam sistem proteksi ganda, obat yang telah teresterkan dalam depo minyak, laju pelepasannya dapat sangat lambat dan sediaan seperti ini penting sekali untuk pengobatan schizophrenia. Bukan hanya karena mampu mempertahankan dosis efektif selama periode waktu yang panjang dan meniadakan keharusan adanya bantuan penderita dalam pengambilan obat, tetapi juga karena hanya sekali-kali saja diperlukan penyuntikan sehingga mengurangi kebutuhan tenaga ahli yang terlatih.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa sistem depo minyak adalah formulasi padat yang secara pembedahan ditanamkan subkutan dan dari sini obat dilepaskan via proses osmosis yang dapat bertahan berbulan-bulan. Dalam sistem seperti ini pertimbangan tentang situs implantasi dan sirkulasi darah serta cairan tubuh di lokasi yang bersangkutan memegang peran penting dan menentukan efek terapi sediaan susuk (implant). Durasi relatif bentuk sediaan parenteral dapat dilihat dalam tabel 2.3.

Tabel 2.3. Klasifikasi arbitrer sediaan parenteral dengan aksi yang diperlama

Berdasarkan durasi efek terapeutik

Sebagai catatan akhir, bahwa di dalam profesi medik sekarang ini ada pendapat yang menyatakan bahwa memang untuk berbagai macam penyakit telah ditemukan obatnya; tinggal sekarang yang diperlukan adalah ketersediaan hayati yang efisien. Sekarang ini sistem pelepasan obat masih jauh dari kepastian; oleh karena itu untuk masa yang akan datang riset di bidang biofarmasetik benar-benar sangat diperlukan.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Bentuk sediaan tablet memang bagus, namun semakin berkembangnya jaman saat ini yang berkembang justru sediaan obat dalam bentuk yang mudah digunakan dan jika terjadi efek yang tidak diinginkan dapat segera dihentikan, karena tidak sedikit pasien yang susah menggunakan obat jenis konvensional seperti ini.
contoh yang saat ini sedang dikembangkan sediaan transdermal, bisa dilihat ditulisan yang saya buat silahkan tinggal klik disini